Barangkali firman yang paling kuat dan terang didalam Kitab Suci yang menyatakan bahwa Pembenaran adalah proses membuat seseorang menjadi benar, terdapat didalam Roma 8:1,2 "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada didalam Kristus Yesus, yang tidak hidup menurut daging tetapi menurut Roh. Sebab Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus Yesus dari hukum dosa dan hukum maut."
Mengatakan bahwa "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman," adalah sama dengan mengatakan "Demikianlah sekarang ada pembenaran," sebab bila tidak ada penghukuman, maka sudah pasti yang ada hanyalah Pembenaran.
Paulus tidak berhenti disini untuk menyampaikan pada kita bahwa pada titik ini sekarang ada Pembenaran. Ia menyampaikan kepada kita mengapa ada Pembenaran? Ia menyampaikan kepada kita apa yang telah dilakukan untuk membawa kepada satu keadaan yang membenarkan. Adalah penting untuk diperhatikan bahwa dalam kasus ini ia tidak membuat referensi asal dimaafkan, atau diampuni, untuk perbuatan-perbuatan dosa masa lalu. Sebaliknya ia berbicara tentang kemerdekaan dari hukum dosa dan maut, yang tadinya berada didalam anggota tubuhnya, menguasainya diatas kehendaknya sendiri. Sesungguhnya, seluruh Roma pasal 7 berbicara tentang perbudakan yang menyedihkan dari seseorang yang memiliki sifat alamiahnya yang lama didalam dirinya, yang adalah perseteruan terhadap Allah, yang menguasai dia diatas kehendaknya dan yang tidak dapat dibawa untuk takluk kepada hukum Allah.
"Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada didalam Kristus Yesus. Sebab Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus Yesus dari hukum dosa dan hukum maut." Mengulang kembali pernyataan ini dalam kata-kata yang lain adalah: "Demikianlah sekarang ada Pembenaran, sebab Kristus telah memerdekakan kita dari hukum dosa dan maut." Pembebasan ini bukanlah sebuah legalisasi akan pengampunan.
Hukum dosa dan maut, seperti yang dijelaskan di Roma pasal 7, adalah sebuah kuasa didalam dia yang mendominasi atau menguasai dia sedemikian rupa sehingga ia tidak mampu melakukan apa yang seharusnya ia ingin lakukan. Hukum dosa dan maut itu adalah yang Paulus sebut Keinginan daging dalam Roma 8:7. Ia tidak takluk kepada hukum Allah dan tidak ada jalan apapun juga untuk dapat menjadikan ia takluk. Hanya ada satu jalan yang pasti untuk berurusan dengannya, dan itu adalah dengan menghapuskannya dan menghancurkannya. Inilah yang Kristus lakukan sewaktu Ia memerdekakan kita
dari hukum dosa dan maut. Yaitu mengubah kita dengan kasihNya yang menyucikan jiwa dan menciptakan kita kembali kepada petaNya. Dan hanya bila
pekerjaan ini telah selesai, dapat dikatakan bahwa sekarang tidak ada penghukuman lagi. Hanyalah bila pekerjaan ini telah selesai, orang percaya itu dibenarkan.
Hal ini sedemikian jelasnya, sebab firman Allah berkata, "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman (Pembenaran) ……………… Sebab Roh yang memberi hidup telah memerdekakan saya dalam Kristus Yesus dari hukum dosa dan hukum maut." Tak ada teks yang lebih kuat dan jelas untuk menunjukkan bahwa pekerjaan mengubahkan seseorang dari tabiat lama kepada yang baru, yaitu, pengerjaan yang sesungguhnya untuk menjadikan ia orang benar, adalah pekerjaan Pembenaran dan tidak ada Pembenaran tanpa dilakukannya pekerjaan ini.
Kebenaran ini dinyatakan dengan gamblang dalam perkataan ini: "Jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah." Yohanes 3:3. Ia boleh beranggapan dan berkhayal, tetapi tanpa mata iman ia tidak dapat melihat harta karun itu. Kristus memberikan hidupNya untuk memastikan bagi kita harta yang tak ternilai ini, tetapi tanpa penciptaan kembali melalui iman dalam darahNya, tidak ada penghapusan dosa, tidak ada harta bagi setiap jiwa yang sedang binasa." (Christ's Object Lessons, 112,113).
Penekanan utama dari pernyataan ini yang menarik perhatian adalah: Tanpa penciptaan kembali …………. tidak ada penghapusan," sesungguhnya, tidak ada harta karun bagi jiwa-jiwa yang binasa. Penciptaan kembali sama sekali tidak berarti dianggap atau diperhitungkan. Menciptakan adalah memberi hidup sebagaimana Allah ketika menciptakan manusia di Eden dulu, sebagaimana tertulis:" Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika Tuhan Allah menjadikan bumi dan langit. Manusia adalah bagian dari pekerjaan penciptaan itu, dan sewaktu diciptakan, Allah menjadikannya serupa dengan DiriNya sehigga ia memiliki peta Allah, baik penampilan luar maupun dalam. (Lihat Patriach & Prophets hal. 45).
Tidak ada perbedaan antara pekerjaan Penciptaan dan Menciptakan kembali, kecuali bahwa Penciptaan adalah melakukannya pertama kali dan menciptakan kembali adalah melakukannya kembali untuk kedua kalinya. Menciptakan kembali adalah mengulang pekerjaan penciptaan, yaitu menjadikan benar. Dapat juga dinamakan Kelahiran Baru, atau Pembaharuan kembali. Apapan istilah yang digunakan, arti yang ingin disampaikan adalah bahwa telah dimulainya hidup yang baru secara nyata. Itu bukanlah sesuatu kepura-puraan, tetapi suatu yang sungguh benar terjadi dilingkup spiritual sebagaimana kelahiran seorang bayi adalah hadirnya kehidupan baru dalam dunia, dunia yang nyata. Sebab kelahiran baru ini, penciptaan kembali atau pembaharuan kembali adalah kreasi pekerjaan Allah, dan apa yang datang dari kreasi tanganNya adalah sama sempurnanya sebagaimana kesempurnaan penciptaan di Eden.
Adalah patut dipahami bahwa pada tahap ini, pekerjaan penciptaan kembali ini adalah terbatas pada kerohanian manusia saja (spiritual nature) dan tidak mencakup fisik manusia itu (physical nature) walaupun itu juga sangat membutuhkan pembaharuan. Ia harus menunggu sampai saat Yesus datang kedua kali, barulah ia akan diperbaharui atau diciptakan kembali sebagaimana penciptaan pertama dulu atau sebagaimana kesempurnaan penciptaan kembali kehidupan kerohanian (spiritual life) pada pekerjaan penciptaan kembali sekarang ini.
Kekuatan dan kuasa perkataan ini untuk menggambarkan pekerjaan sesungguh -nya dari menciptakan kembali yang maha besar dan luar biasa ini dimana kehidupan sejati dan nyata dari Yesus Kristus di reproduksi didalam orang ini, tidak akan pernah boleh dianggap enteng atau tak berarti, tetapi harus dapat dipahami dengan kesadaran pengertian yang bertambah-tambah besar akan betapa hebatnya dan besarnya pekerjaan itu. Bila ini dimengerti, maka dapat dipahami, bahwa Allah sesungguhnya menjadikan seseorang benar, sewaktu Ia menciptakan orang itu dalam petaNya kembali.
Bersambung ke Part Four
Mengatakan bahwa "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman," adalah sama dengan mengatakan "Demikianlah sekarang ada pembenaran," sebab bila tidak ada penghukuman, maka sudah pasti yang ada hanyalah Pembenaran.
Paulus tidak berhenti disini untuk menyampaikan pada kita bahwa pada titik ini sekarang ada Pembenaran. Ia menyampaikan kepada kita mengapa ada Pembenaran? Ia menyampaikan kepada kita apa yang telah dilakukan untuk membawa kepada satu keadaan yang membenarkan. Adalah penting untuk diperhatikan bahwa dalam kasus ini ia tidak membuat referensi asal dimaafkan, atau diampuni, untuk perbuatan-perbuatan dosa masa lalu. Sebaliknya ia berbicara tentang kemerdekaan dari hukum dosa dan maut, yang tadinya berada didalam anggota tubuhnya, menguasainya diatas kehendaknya sendiri. Sesungguhnya, seluruh Roma pasal 7 berbicara tentang perbudakan yang menyedihkan dari seseorang yang memiliki sifat alamiahnya yang lama didalam dirinya, yang adalah perseteruan terhadap Allah, yang menguasai dia diatas kehendaknya dan yang tidak dapat dibawa untuk takluk kepada hukum Allah.
"Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada didalam Kristus Yesus. Sebab Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus Yesus dari hukum dosa dan hukum maut." Mengulang kembali pernyataan ini dalam kata-kata yang lain adalah: "Demikianlah sekarang ada Pembenaran, sebab Kristus telah memerdekakan kita dari hukum dosa dan maut." Pembebasan ini bukanlah sebuah legalisasi akan pengampunan.
Hukum dosa dan maut, seperti yang dijelaskan di Roma pasal 7, adalah sebuah kuasa didalam dia yang mendominasi atau menguasai dia sedemikian rupa sehingga ia tidak mampu melakukan apa yang seharusnya ia ingin lakukan. Hukum dosa dan maut itu adalah yang Paulus sebut Keinginan daging dalam Roma 8:7. Ia tidak takluk kepada hukum Allah dan tidak ada jalan apapun juga untuk dapat menjadikan ia takluk. Hanya ada satu jalan yang pasti untuk berurusan dengannya, dan itu adalah dengan menghapuskannya dan menghancurkannya. Inilah yang Kristus lakukan sewaktu Ia memerdekakan kita
dari hukum dosa dan maut. Yaitu mengubah kita dengan kasihNya yang menyucikan jiwa dan menciptakan kita kembali kepada petaNya. Dan hanya bila
pekerjaan ini telah selesai, dapat dikatakan bahwa sekarang tidak ada penghukuman lagi. Hanyalah bila pekerjaan ini telah selesai, orang percaya itu dibenarkan.
Hal ini sedemikian jelasnya, sebab firman Allah berkata, "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman (Pembenaran) ……………… Sebab Roh yang memberi hidup telah memerdekakan saya dalam Kristus Yesus dari hukum dosa dan hukum maut." Tak ada teks yang lebih kuat dan jelas untuk menunjukkan bahwa pekerjaan mengubahkan seseorang dari tabiat lama kepada yang baru, yaitu, pengerjaan yang sesungguhnya untuk menjadikan ia orang benar, adalah pekerjaan Pembenaran dan tidak ada Pembenaran tanpa dilakukannya pekerjaan ini.
Kebenaran ini dinyatakan dengan gamblang dalam perkataan ini: "Jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah." Yohanes 3:3. Ia boleh beranggapan dan berkhayal, tetapi tanpa mata iman ia tidak dapat melihat harta karun itu. Kristus memberikan hidupNya untuk memastikan bagi kita harta yang tak ternilai ini, tetapi tanpa penciptaan kembali melalui iman dalam darahNya, tidak ada penghapusan dosa, tidak ada harta bagi setiap jiwa yang sedang binasa." (Christ's Object Lessons, 112,113).
Penekanan utama dari pernyataan ini yang menarik perhatian adalah: Tanpa penciptaan kembali …………. tidak ada penghapusan," sesungguhnya, tidak ada harta karun bagi jiwa-jiwa yang binasa. Penciptaan kembali sama sekali tidak berarti dianggap atau diperhitungkan. Menciptakan adalah memberi hidup sebagaimana Allah ketika menciptakan manusia di Eden dulu, sebagaimana tertulis:" Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika Tuhan Allah menjadikan bumi dan langit. Manusia adalah bagian dari pekerjaan penciptaan itu, dan sewaktu diciptakan, Allah menjadikannya serupa dengan DiriNya sehigga ia memiliki peta Allah, baik penampilan luar maupun dalam. (Lihat Patriach & Prophets hal. 45).
Tidak ada perbedaan antara pekerjaan Penciptaan dan Menciptakan kembali, kecuali bahwa Penciptaan adalah melakukannya pertama kali dan menciptakan kembali adalah melakukannya kembali untuk kedua kalinya. Menciptakan kembali adalah mengulang pekerjaan penciptaan, yaitu menjadikan benar. Dapat juga dinamakan Kelahiran Baru, atau Pembaharuan kembali. Apapan istilah yang digunakan, arti yang ingin disampaikan adalah bahwa telah dimulainya hidup yang baru secara nyata. Itu bukanlah sesuatu kepura-puraan, tetapi suatu yang sungguh benar terjadi dilingkup spiritual sebagaimana kelahiran seorang bayi adalah hadirnya kehidupan baru dalam dunia, dunia yang nyata. Sebab kelahiran baru ini, penciptaan kembali atau pembaharuan kembali adalah kreasi pekerjaan Allah, dan apa yang datang dari kreasi tanganNya adalah sama sempurnanya sebagaimana kesempurnaan penciptaan di Eden.
Adalah patut dipahami bahwa pada tahap ini, pekerjaan penciptaan kembali ini adalah terbatas pada kerohanian manusia saja (spiritual nature) dan tidak mencakup fisik manusia itu (physical nature) walaupun itu juga sangat membutuhkan pembaharuan. Ia harus menunggu sampai saat Yesus datang kedua kali, barulah ia akan diperbaharui atau diciptakan kembali sebagaimana penciptaan pertama dulu atau sebagaimana kesempurnaan penciptaan kembali kehidupan kerohanian (spiritual life) pada pekerjaan penciptaan kembali sekarang ini.
Kekuatan dan kuasa perkataan ini untuk menggambarkan pekerjaan sesungguh -nya dari menciptakan kembali yang maha besar dan luar biasa ini dimana kehidupan sejati dan nyata dari Yesus Kristus di reproduksi didalam orang ini, tidak akan pernah boleh dianggap enteng atau tak berarti, tetapi harus dapat dipahami dengan kesadaran pengertian yang bertambah-tambah besar akan betapa hebatnya dan besarnya pekerjaan itu. Bila ini dimengerti, maka dapat dipahami, bahwa Allah sesungguhnya menjadikan seseorang benar, sewaktu Ia menciptakan orang itu dalam petaNya kembali.
Bersambung ke Part Four
Tidak ada komentar:
Posting Komentar