Tidak ada ilustrasi yang lebih baik untuk menggambarkan keadaan orang ini, seperti ilustrasi tentang semak duri didalam taman yang sangat indah. Tukang kebun datang ke semak duri ini dengan niat untuk mencabutnya dan menggantikannya dengan pohon buah yang baik. Ketika ia akan mencabut semak duri ini, ia berkata:”Hanyalah pohon yang baik buahnya yang pantas hidup ditaman ini.” Semak duri ini, yang demi tujuan ilustrasi ini diandaikan dapat berbicara, memohon dengan sangat kepada situkang kebun:”Tuan, aku tidak ingin mati. Aku tahu bahwa tanpa menghasilkan buah yang baik, aku tidak punya hak untuk tetap tinggal disini, tetapi dapatkan tuan memberikan aku waktu satu musim lagi untuk menghasilkan buah yang baik? Aku akan berusaha sekuat tenagaku untuk melakukan itu. Dan bila aku berhasil dalam membuahkan buah yang baik, tentulah tuan dapat membenarkan keberadaanku disini?” Tukang kebun itu menyetujui permohonan ini dan memberi kesempatan kepada semak duri itu semusim lagi untuk bisa menghasilkan buah yang baik.
Semusim berlalu, datanglah situkang kebun ketamannya dan tibalah ia kepada semak duri itu, apa yang dilihatnya? Semak duri itu belum membuahkan buah yang baik sekecil apapun. Ketika akan dicabutnya semak duri itu untuk menggantikannya dengan pohon yang berbuah baik, sekali lagi semak duri itu memohon dengan sangat:”Tuan yang baik, ampunilah aku, semusim yang lalu angin kencang dan kering, sehinggak aku tidak dapat memproduksi buah yang baik, berikanlah aku kesempatan semusim lagi, maka aku sungguh-sungguh akan berbuah yang baik.” Tukang kebun setuju dengan permohonan semak duri untuk memberinya waktu semusim lagi dan pergi meninggalkannya.
Berapa besarkah harapan semak duri itu untuk mendapatkan pembenaran atas kelangsungan hidupnya ditaman itu? Jawabannya adalah tidak sama sekali! Semak duri tidak akan pernah berbuah apel atau jeruk. Dengan berakhirnya musim yang diberikan kepadanya, ia sama sekali tidak dapat menghasilkan buah yang baik sekecil apapun, maka penghukuman kepada pemusnahannya telah dipastikan. Kecuali suatu jalan lain untuk mendapatkan pembenaran baginya bisa ditemukan.
Demikian juga, bila Allah menuntut seseorang menunjukkan perbuatannya yang serasi dengan hukum Allah untuk dapat dibenarkan, maka orang itu tidak berpengharapan sama sekali seperti semak duri itu. Bila ia harus dibenarkan, maka suatu jalan lain harus ditemukan, dimana ia dapat dibenarkan tanpa melakukan hukum Taurat, ia dapat dibenarkan tanpa perbuatan hukum Taurat. Dan Allah telah menyediakan jalan itu.
Pertama-tama, Allah akan mengkreditkan kebenaran Kristus kepada sipendosa sehingga ia dapat berdiri dihadapan Allah seakan-akan ia tidak pernah berbuat dosa sekalipun. Ini membereskan problem yang pertama, tetapi belum menyentuh problem yang kedua. Kemudian, pengampunan Allah sebagai kelimpahan kasih yang menebus memenuhi seluruh jiwa raganya dan membuang dari dalamnya “semak duri” manusia lamanya, dan menggantikannya dengan manusia baru. Ini membereskan problem yang kedua, dan sekarang orang ini telah dibenarkan.
Adalah perlu diperhatikan bahwa Allah tidak melakukan pekerjaan itu secara terpisah satu demi satu dalam waktu yang berbeda. Keduanya dilakukan bersamaan sekaligus. Allah tidak akan mengampuni bila disaat yang sama Ia tidak bisa mengubahkan orang itu.
Bersambung ke Part 16.
Senin, 21 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar