Kamis, 10 Desember 2009

PEMBENARAN OLEH IMAN - PART 4

Sangat jelas dan singkat dikatakan bila tidak ada pekerjaan penciptaan kembali sedemikian sehingga orang itu menjadi orang yang benar maka tidak ada juga pekerjaan penghapusan dosa atau pembenaran. Tidak sekali-kali statement itu dapat dibaca bahwa pekerjaan penciptaan kembali adalah pekerjaan penyucian yang mengikuti pekerjaan pembenaran, sebab statement itu tidak mengatakan bahwa bila terjadi pekerjaan penghapusan dosa atau pembenaran, maka sesudahnya itu adalah pekerjaan penciptaan kembali.

Kebalikannyalah yang tersurat, yaitu, bila tidak ada pekerjaan penciptaan kembali yang adalah pekerjaan menjadikan orang benar, maka tidak ada juga penghapusan dosa atau pembenaran. Oleh karena itu, untuk dapat dibenarkan, seseorang harus diciptakan kembali terlebih dahulu. Dengan kata lain, diciptakan kembali adalah pekerjaan sesungguhnya untuk menjadi benar. Dalam pembahasan selanjutnya, akan ada statement yang sesungguhnya menyatakan hal ini. Oleh karena itu, kecuali seseorang sesungguhnya dijadikan orang benar oleh kuasa penciptaan Allah, maka orang itu sama sekali belum dibenarkan. Inilah pesan sesungguhnya dari statement itu, yang berdiri sama harmonisnya dengan firman di Roma 5:1. Kutipan-kutipan ini menyatakan kebenaran yang sesungguhnya, bahwa Pembenaran adalah pekerjaan menjadikan seseorang benar, sedangkan kutipan yang sebelumnya disampaikan menyatakan bahwa seseorang dianggap atau diperhitungkan benar,  hanyalah seakan-akan dia benar, sepertinya dia benar. Perlu diperhatikan bahwa statement yang pertama berbicara tentang pembenaran sebagai sesuatu yang diperhitungkan, sama sekali tidak menyatakan bahwa pada saat yang sama, itu adalah juga pekerjaan menjadikan atau menciptakan kembali.

Demikian juga sebaliknya, statement yang kedua, yang menyatakan bahwa itu adalah pekerjaan penciptaan kembali, sama sekali tidak menyatakan bahwa pada saat yang sama, itu adalah juga sesuatu yang mengandaikan atau memperhitungkan. Masing-masing berbicara tentang suatu konsep yang khusus dibuat untuk itu, dinyatakan seakan-akan itu adalah satu- satunya cara untuk mengemukakannya.Ini mengakibatkan ada yang menerima pandangan yang satu tentang pembenaran sementara menolak pandangan yang lainnya lagi. Tetapi sesungguhnya, tidak ada sesuatu yang janggal atau salah dalam presentasi firman Allah ini, sebab memang itu adalah cara penyampaian firman Allah yang berbicara tentang suatu perkara untuk suatu masa dan tempat, dan dengan yang satunya lagi, untuk suatu masa dan tempat yang lainnya lagi. Adalah tergantung kepada kita yang mempelajari firman Allah, untuk membawa -nya kepada suatu kesatuan yang harmonis. 
Adalah saat yang tepat sekarang untuk mempertimbangkan suatu statement yang mengemukakan pemikiran yang sama seperti yang disampaikan terdahulu diatas, dari perbandingan antara Roma 5:1 dan Roma 8:7. Statement ini terdapat didalam buku Steps to Christ hal. 49. Statement ini terlebih dahulu berbicara tentang kondisi siorang yang berdosa dan kebutuhannya, dan kemudian mengemukakan pendapatnya akan bagaimana kebutuhan itu dapat dipenuhi. Adalah pada bagian akhir dari statement itu, terdapat pemikiran tentang kebenaran yang sama yang dikemukakan Roma 5:1 dan Roma 8:7. "Apabila kesadaranmu diperbaharui oleh Roh Kudus, engkau akan melihat kejahatan dosa itu, kekuasaannya, kesalahannya, kengeriannya; dan engkau akan memandangnya dengan kejijikan. Kau merasakan bagaimana dosa memisahkan engkau dengan Allah, bahwa kau berada dalam cengkeraman kuasa kejahatan. Semakin kuat kau berusaha membebaskan diri, semakin nyata ketidak berdayaanmu. Motivasimu tidak suci, hatimu tidak bersih. Kau sadari bahwa hidupmu hanyalah dipenuhi dengan cinta diri dan dosa. Kau rindu untuk diampuni, untuk disucikan, untuk dimerdekakan. Serasi dengan Allah, serupa dengan Dia apa yang dapat kau lakukan untuk mendapatkannya?"

Perhatian yang khusus harus diberikan kepada kalimat akhir dari statement itu. Frase yang pertama adalah "Serasi dengan Allah". Serasi dengan Allah adalah damai dengan Allah, dan itu adalah damai yang sama seperti yang dikemukakan di Roma 5:1. Pembelajaran akan ayat ini bersama Roma 8:7, menyampaikan bahwa untuk memiliki damai dengan Allah, terlebih dahulu harus ditiadakan perseteruan itu. Adalah jelas bahwa bila perseteruan itu adalah "pemikiran", maka damai itu juga adalah suatu "pemikiran." Dan tidak mungkin keduanya adalah sesuatu yang sama, sebab ayat itu menyatakan bahwa pemikiran daging tidak takluk kepada hukum Allah, kapan saja dan dimana saja. Oleh karena itu, adalah suatu pemikiran yang lain yang memiliki damai dengan Allah. Pemikiran itu adalah pemikiran Kristus. Adalah hidupNya dan petaNYa yang direproduksi didalam kita oleh kuasa penciptaan kembali Roh Kudus. Frase kedua dalam statement diatas adalah "Serupa dengan Dia." Serupa dengan Dia tidaklah mengindikasikan pekerjaan mengadaikan atau memperhitungkan. Sebaliknya, itu mengindikasikan adanya pekerjaan "mengubahkan" atau transformasi yang terjadi pada orang itu sehingga sekarang ia menjadi serupa dengan Juru Selamatnya dalam tabiat dan hidupnya. Ini bukanlah berdiri didalam kesempurnaan orang lain, tetapi sesungguhnya didalam kesempurnaan itu sendiri. Perlu diulangi lagi, bahwa kesempurnaan pada saat itu bukanlah kesempurnaan daging, yang harus menunggu kedatangan Yesus. Kesempurnaan itu adalah kesempurnaan Spritual. Kemanusiaan kita tidak berubah, tetapi suatu kuasa supranatural yang dimasukkan kedalam tubuh manusia kita.

"Sewaktu jiwa diserahkan kepada Kristus, suatu kuasa memenuhi hati yang baru itu. Suatu perubahan terjadi, yang tak seorangpun dapat melakukannya pada dirinya sendiri. Itu adalah kuasa yang supranatural, membawa suatu elemen supranatural kedalam tubuh insani kita." Desires of Ages, 324.

Sangatlah jelas bahwa Pembenaran mencakup suatu pekerjaan menjadikan seseorang benar, bukan Cuma sekedar "dianggap" atau "diperhitungkan" benar. Roma 5:1 dengajelas menyatakan "kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah." Oleh karena itu, untuk bisa serasi atau harmonis dengan Allah, untuk bisa hidup damai sejahtera dengan Allah, kita harus dibenarkan. Serasi dengan Allah dan serupa dengan Dia, adalah satu yang sama artinya, sebab Kristus adalah damai sejahtera kita. Memiliki Kristus adalah sesungguhnya memiliki kehidupanNya. Memiliki kehidupanNya adalah memiliki kebenaranNya. Memiliki kebenaranNya adalah sesungguhnya menjadi orang benar sejati. Dan bila seseorang mempunyai kebenaran ini, maka tidak perlu baginya "seakaan-akan benar" atau "diperhitungkan benar", sebab ia sejatinya orang benar. 
Masih banyak lagi pembuktian yang dapat dipresentasikan disini pada aspek Pembenaran untuk membuktikan bahwa Pembenaran adalah sebuah pekerjaan menjadikan seseorang benar, tetapi cukuplah apa yang telah dikemukakan untuk menyatakan hal itu, dan juga untuk menyatakan bahwa sesungguhnya ada dua set statement dan teks yang berbicara mengenai pokok ini. Satu dari statement dan teks ini berbicara tentang Pembenaran sebagai suatu Legal Action, dimana kebenaran diperhitungkan kepada orang berdosa, sehingga ia berdiri dihadapan Allah bukan sebagai sejatinya orang benar, tetapi sebagai orang yang dianggap benar. Pada statement dan teks yang lainnya, dinyatakan bahwa Pembenaran adalah suatu pekerjaan yang menjadikan seseorang orang benar sejati. Pernyataan pernyataan ini akhirnya memberikan suatu kesan bahwa bila seseorang dijadikan orang benar, apa perlunya ia berdiri dihadapan Allah sebagai orang yang "dianggap benar" bila ia bisa menjadi "orang yang benar."

Sebagai orang Kristen yang tulus, kita harus mempercayai kedua set statement itu sebagaimana ia ada, yang menuntun kita akhirnya kepada suatu harmonisasi antara keduanya, walaupun nampaknya bertentangan.

Bersambung Part Five

Tidak ada komentar:

Posting Komentar