Kamis, 10 Desember 2009

PEMBENARAN OLEH IMAN - PART 5

DIJADIKAN BENAR.

Sejauh ini, telah saya sampaikan adanya statement yang menyatakan bahwa Pembenaran adalah seseorang diperhitungkan benar, dan statement lain yang menyatakan bahwa Pembenaran adalah menjadikan seseorang benar. Perlu ditekankan sekali lagi, bahwa statement yang menyatakan tentang pekerjaan menjadikan seseorang benar, tidak termasuk didalamnya pekerjaan penyucian, tetapi melulu sebagai pekerjaan Pembenaran. 
Ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana kami dapat memahami dua buah pernyataan yang berbeda tentang Pembenaran, apalagi bila nampaknya bertentangan?? Itu hanya bisa disimpulkan, bahwa, bila Allah menyatakan Pembenaran adalah memperhitungkan seseorang itu benar, sehingga ia berdiri dihadapan Allah sebagai orang yang dianggap atau dipandang benar, maka inilah Pembenaran itu sesungguhnya. Sebaliknya, bila firman Allah juga menyatakan bahwa Pembenaran adalah menjadikan seseorang benar, bahwa ia berdiri dihadapan Allah sebagai orang yang sesungguhnya benar, maka itulah juga makna Pembenaran.

Sesungguhnya, Pembenaran adalah keduanya, memperhitungkan dan menjadikan. Memang haruslah keduanya, sebab ada lebih dari satu kebutuhan untuk dipenuhi dalam rangka membenarkan seseorang, sedemikian rupa sehingga, bila kedua peristiwa ini tidak terjadi (diperhitungkan dan dijadikan), maka orang itu sesungguhnya masih berada dibawah penghukuman.

Yang menjadi pokok persoalan adalah bahwa pengertian akan tingkat penghukuman yang menggantung diatas kepala orang berdosa adalah masih terlalu sempit dan terbatas, mengakibatkan pengertian tentang apa yang akan Allah lakukan juga menjadi sempit dan terbatas. 
Tetapi bila pengertian yang lebih luas dan benar tentang apa itu sesungguhnya Pembenaran oleh Iman dapat dimengerti dan dipahami oleh jiwa-jiwa yang haus dan lapar akan kebenaran, maka akan nyata bahwa: "Pengampunan mempunyai pengertian yang lebih luas dari pada yang diperkirakan banyak orang. Sewaktu Allah memberikan janjiNya bahwa Ia akan "memberi pengampunan dengan limpahnya", Ia menambahkan, seakan-akan arti dari janji itu melampaui semua yang dapat kita pahami "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu" - Yesaya 55:7 – 9 (Mount of blessing, 114).

Sesungguhnya, adalah terlalu tinggi bagi kita untuk mampu mereka-reka pekerjaan Allah bila dibandingkan dengan pekerjaan manusia. Sehingga bila kita berpikir tentang Pembenaran Allah, kita menilainya menurut penilaian seorang manusia tentang pembenaran. Ini adalah berpikir cara manusia tentang dia, padahal kita harus berpikir cara Allah tentang Dia. 
Bila kita tiba pada cara berpikir Allah tentang Dia, akan Nampak bahwa: "Pengampunan Allah bukanlah semata-mata sebuah judicial act yang dengan mana Ia membebaskan kita dari penghukuman. Itu bukanlah hanya pengampunan dosa semata, tetapi penyelamatan dari dosa. Itu adalah kelimpahan dari kasih penebusan yang mengubah hati. Daud memiliki pengetahuan yang benar akan konsep Pengampunan sewaktu ia berdoa:" Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Mazmur 51:10. Dan lagi ia berkata: "Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita." Mazmur 103:12. (Mount of Blessing 114).

Adalah penting untuk mencermati kata-kata ini untuk dapat melihat apa yang sesungguhnya dikatakan. Dalam kutipan yang pertama, terlihat bahwa statement tersebut tidak berkata bahwa pengampunan bukanlah suatu judicial act, tetapi lebih kepada bahwa pengampunan bukan hanya judicial act semata. Itu adalah judicial act dengan suatu lainnya. Itu bukan satu pekerjaan tetapi dua. "Itu bukan hanya pengampunan dosa, tetapi juga penyelamatan dari dosa." Mengampuni dosa adalah satu hal. Itu adalah perbuatan Allah yang memperhitungkan atau menganggap seseorang benar, sehingga ia dapat berdiri dihadapan hukum Allah seperti "seakan" atau "sepertinya" ia tidak pernah berbuat dosa dan orang benar yang sesungguhnya. Menyelamatkan dari dosa adalah suatu pekerjaan yang berbeda. Ini adalah pekerjaan menjadikan orang benar, sehingga ia dapat berdiri dihadapan Allah bukan sepertinya ia orang benar melainkan sesungguhnya ia orang yang benar. Dalam melakukan hal ini, Pembenaran atau Pengampunan Allah "adalah kelimpahan dari kasih penebusan yang mengubah hati."

Haruslah dapat dipahami oleh mereka yang begitu lama mengira bahwa Pengampunan Allah kurang lebih hanyalah sebuah judicial act yang membebaskan kita dari penghukuman, akan sulit untuk menerima konsep Pengampunan sebagai kelimpahan kasih penebusan Allah, yang sesungguhnya adalah kuasa kehidupan Allah, yang mengisi hati orang berdosa yang bertobat, untuk membuang kejahatan kehidupan yang lama, yang adalah perseteruan terhadap Allah, dan menggantikannya dengan kehidupanNya sendiri. Tetapi, bila kata-kata sederhana dari statement itu dipercaya, maka itulah sesungguhnya apa itu Pengampunan Allah, dan karenanya, itulah Pembenaran Allah adanya. Daud memiliki pengetahuan yang benar akan konsep Pengampunan sewaktu ia berdoa:" Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!" Menyatakan bahwa sesungguhnya Daud memahami konsep yang benar tentang Pengampunan sewaktu ia melayangkan doanya, adalah juga menyatakan sekarang ini bahwa ada konsep yang lain dari Pembenaran. Jangan heran, bila hanya ada sedikit dimasa kini yang memegang konsep Daud tentang Pembenaran.

Sesungguhnya sangat sedikit yang mencapai pengertian bahwa pekerjaan penciptaan kembali didalam seseorang bertobat dengan hati baru, adalah juga sebagai pekerjaan Pengampunan atau Pembenaran. Dan, mereka yang mencapai pengertian ini dengan hikmat yang benar akan memiliki konsep yang sebenarnya akan Pembenaran itu. Adalah tujuan yang sejati dari penulisan ini, untuk menjelaskan bahwa Pembenaran Allah mencakup tidak hanya memperhitungkan kebenaran Kristus pada siorang berdosa sehingga ia mendapatkan pengampunan atas dosa-dosanya, tetapi juga pekerjaan sesungguhnya dalam membuang kuasa dosa dan kejahatan yang mengikat orang itu, sehingga perseteruan itu dapat ditiadakan, dan damai dengan Allah terwujud. Itu adalah suatu pekerjaan menciptakan hati yang baru didalam dia. Pekerjaan itu bukanlah suatu himbauan kepadanya untuk menerima kebenaran-kebenaran baru dan tabiat baru. Jauh lebih dari itu, sebab sesungguhnya "himbauan" itu bukanlah pekerjaan penciptaan atau menjadikan. Menciptakan hati baru mempunyai arti seperti yang dikatakan – Menciptakan! Jadi, sesungguhnya Pembenaran itu adalah sekaligus Pengampunan dosa dan juga Penyelamatan dari dosa, itu bukan satu pekerjaan saja tetapi dua.

Dan sebagaimana itu adalah dua jenis pekerjaan, berarti itu adalah dua buah solusi, dan bila itu dua buah solusi, tentu ada dua masalah tentang penghukuman yang harus dibereskan dulu. Inilah satu-satunya kesimpulan yang bisa didapatkan, dan suatu kesimpulan yang benar seluruhnya. Bahwa ada dua jenis penghukuman atas orang yang berdosa yang belum bertobat, yang keduanya harus dibereskan terlebih dahulu sebelum orang itu dapat dibenarkan.

Kebutuhan ganda akibat keadaan alamiah kita ini dinyatakan pada kalimat berikut: "Engkau tidak dapat menebus dosa masa lalumu, engkaupun tak dapat mengubah hatimu dan menjadikan dirimu suci." (Steps to Christ, 51). 
Kita semua sangat membutuhkan pembenaran, tetapi dikatakan bahwa kita tidak dapat melakukan dua hal yang dibutuhkan untuk membawa kita kepada status dimana kita boleh mendapat pengampunan Allah atau PembenaranNya. Kedua hal itu adalah, "Engkau tidak dapat menebus dosa masa lalumu" dan "engkaupun tak dapat mengubah hatimu dan menjadikan dirimu suci. " Inilah kedua hal yang menjadi kebutuhan dasar manusia untuk mendapat pembenaran. Kebutuhan yang pertama adalah berurusan dengan segala dosa dan kesalahan masalalu kita yang membebani kita. Yang kedua berurusan dengan keadaan hati kita yang mengerikan saat ini.

Inilah kedua masalah mendasar kita yang berbeda satu dan lainnya, dan membutuhkan solusi atau penyelesaian yang berbeda pula, yang akan menjadi jelas nantinya melalui penyampaian ini. Solusi untuk membereskan satu masalah tidak dapat digunakan untuk membereskan masalah yang satunya lagi, demikianlah sebaliknya.

Bersambung - Part Six

Tidak ada komentar:

Posting Komentar