Kamis, 08 April 2010

D O S A Part 4

Demikianlah terjawab pertanyaan kita diatas, dan dari skema pemikiran seperti itu, nampak bahwa setelah dosa muncul akibat kehendak bebas yang diexploitasi dijalan yang salah oleh Lucifer yang memimpin kepada pemberontakan dan pembuangan dari surga, maka Allah harus menuntaskan konflik ini dan memberi tempat kepada kejahatan dan dosa untuk menunjukkan wajahnya yang sesungguhnya, dan manusia Adam dan Hawapun ditempatkanNya muka dengan muka dengan dosa dan kejahatan, dalam jangkauan Setan.

Dan sejarah dunia serta ilham kitab suci membuktikan bahwa Adam dan Hawa jatuh kedalam dosa sebab mereka menyerah kepada pencobaan yang ditawarkan Setan di taman Eden. Dengan sangat cerdiknya Iblis mendatangi Hawa, tidak dalam rupa aslinya yang langsung akan membuka mata Hawa tentang info Allah dan malaikat akan adanya Setan dan para pemberontak dibumi ini, yang akan membuat dia bersiap menghadapi serangan Iblis, tetapi Iblis datang dalam rupa seekor ular, ia merasuki tubuh ular itu, suatu hal yang tidak disangka dan dibayangkan Hawa.

Kita mengetahui bahwa manusia diberi kuasa atas hewan ciptaan Allah dan hanya manusia yang bisa berbicara, tetapi Iblis dengan merasuki tubuh ular, telah berbicara dengan Hawa, dan Hawa karena terpesona dengan keindahan ular yang bisa berbicara ini, lupa bahwa hal itu sesungguhnya tidak mungkin terjadi dengan sendirinya, seharusnya membuat ia waspada dan mengingat akan peringatan Allah tentang kehadiran penipu ini, tetapi Hawa telah melonggarkan kewaspadaannya, sebab Iblis muncul dalam rupa yang sama sekali tidak membahayakan dan tidak mengingatkan dia akan informasi Allah. Disamping itu, memang kebetulan Hawa sedang memandangi buah terlarang dan merenungi kenapa Allah melarang mereka untuk memakannya. Oleh karena itu, ucapan Ular yang tiba-tiba: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” Kej. 3:1, telah mengejutkan Hawa dan menjawabnya dengan spontan: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada ditengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” Kej. 3:2, 3.

Dapat kita lihat betapa cerdiknya dan liciknya Iblis, yang membuka percakapan tiba-tiba dengan memutar balikkan firman Allah, yang spontan mengundang jawaban protes dari Hawa, sehingga ia tidak berkesempatan untuk menduga-duga dan curiga kenapa seekor ular bisa bicara.

Dan jawaban Ular atas protes Hawa inipun sangat cerdik, merupakan penipuannya yang pertama dibumi yang menyesatkan dan berakibat fatal, bahkan gemanya terasa sampai sekarang, membekas sampai dengan akhir zaman. Inilah jawaban Iblis: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” Kej. 3:4, 5.

Pada kalimat yang singkat ini, Iblis melancarkan sekaligus tiga buah serangan mematikan, yaitu:
1.    Menyangkal langsung firman Allah dengan mengatakan bahwa Hawa tidak akan mati bila memakan buah itu.
2.    Merangsang selera makan Hawa dengan menyampaikan bahwa buah itu memberikan pengertian tentang yang baik dan yang jahat.
3.    Merangsang keinginan tahu Hawa untuk bagaimana jadinya bila dia bisa menjadi seperti Allah penciptanya.

Inilah tiga hal yang membuat Hawa merenung sejenak, tetapi karena tidak curiga, ia dibimbing untuk bersandar pada pengertiannya sendiri, ia melupakan akan peringatan Allah dan laranganNya yang tegas, semakin lama dipandangnya buah itu, semakin baik dan sedap kelihatannya buah itu dan semakin masuk akal ucapan ular dan semakin diragukannya sendiri ucapan firman Allah. Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya.... Kej. 3:6.

Sama seperti Petrus, walapun dengan sangat tegas ia membantah Yesus bahwa sekali-kali ia tidak akan menyangkal Yesus ketika Yesus mengatakan kepadanya bahwa ia akan menyangkal Dia 3x sebelum ayam berkokok, tetapi kenyataannya, terjadi seperti perkataan Yesus. Demikian juga Adam dan Hawa, walaupun telah diperingati akan kehadiran Iblis dan rencana penipuannya atas mereka dan mereka diminta untuk waspada, tetapi ketika dihadapkan kepada kenyataan, ternyata mereka dapat dikalahkan. Demikianlah Adampun ikut memakan buah yang diberikan Hawa kepadanya dengan kesadaran penuh dan siap menanggung resiko apapun yang terjadi. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia. Kej. 3:6.

Bersambung ke Part 5.

HIDUP MENURUT ROH Part 2.

Dengan demikian kita bedakan antara “pemikiran daging” dan “keinginan daging”, keduanya tidak sama. Pemikiran daging tidak takluk kepada hukum Allah, itu adalah perseteruan, satu-satunya jalan mendamaikan orang yang memiliki pemikiran daging dengan Allah adalah membuang pemikiran daging itu, menghancurkannya, meniadakannya. Dan itulah yang dilakukan Allah ketika seseorang bertobat dan menyerahkan hidupnya kepada Yesus, ia dikaruaniakan hati baru dan pikiran baru (Yehez. 36:26, 27). Yang tersisa adalah “keinginan daging”, yaitu kecenderungan berdosa yang bersemayam didalam daging atau anggota tubuh kita (Roma 7:14-22). Hanya saja., keinginan daging ini dapat ditaklukkan dan diselaraskan kepada hukum Allah, melalui displin dan ketekunan dan penyangkalan diri yang dikuatkan oleh kuasa Roh Kudus.

Itulah sebabnya, seseorang yang lahir baru, yang baru dibenarkan, yang baru saja mendapatkan hati baru dan pemikiran Kristus, membutuhkan kuasa Roh Kudus untuk menuntun dia didalam kehidupannya sehari-hari menuju kesempurnaan iman dan tabiat, sehingga citra Kristus dapat terpantul kembali padanya. Inilah yang disebut proses penyucian seumur hidup, suatu proses mendisiplinkan daging kepada kehendak Allah, suatu proses penyangkalan diri dalam arti sesungguhnya, diri disini adalah keinginan daging itu. Paulus mengatakan: “sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.  Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil, jangan aku sendiri ditolak.” – 1 Kor. 9:26, 27.

Paulus mengatakan disini, yang dilatihnya adalah “tubuhnya”, bukan hatinya, atau tabiatnya, atau pikirannya, tetapi tubuhnya, yang dilatihnya menurut kemauan dari pikirannya atau hatinya. Suatu perkara yang tidak bisa Paulus lakukan tanpa kuasa Roh Kudus.

Suatu bukti bahwa Paulus ketika menulis surat Roma ini adalah rasul yang sudah diubahkan dapat kita baca di Roma 7:22: “Sebab didalam bathinku aku suka akan hukum Allah”. Alangkah menyenangkan, ini adalah pernyataan dari sebuah pemikiran yang telah diubahkan, yang telah dibaharui, bukan pemikiran daging lagi. Apakah hidup Pauluspun menjadi selaras dengan hukum Allah oleh karenanya? Ternyata tidak! Mengapa! Sebab ternyata dalam dirinya ada suatu kuasa yang mengontrol dia dan yang membuat dia tidak dapat melakukan keinginan bathinnya “tetapi didalam anggota-anggota tubuhku, aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada didalam anggota-anggota tubuhku” Rpma 7:23.

Anggota-anggota tubuh yang dimaksudkannya, adalah “tubuhnya” yaitu “dagingnya” dimana kecenderungan dosa bersemayam. Tubuh atau daging itu sendiri tidak mempunyai pemikiran, tapi mempunyai 5(lima) pintu masuk kepada hati atau pikiran kita, yaitu kelima indra manusia: 1. Indra penglihatan, 2. Indra peraba, 3. Indra pengecap, 4. Indra penciuman dan 5. Indra pendengaran. Melalui kelima indra inlilah kecenderungan dosa didalam daging diusik, dirangsang dan dibangkitkan, dengan menyalurkan informasi yang diterima melalui jaringan milyaran sel-sel syaraf yang komplex ke otak, membangkitkan memory yang tersimpan disana, dan diotak diolah menjadi suatu keinginan untuk memuaskan keinginan daging itu.

Beberapa contoh atau ilustrasi:

1.    Seorang perokok berat yang telah bertobat, masih kuat keinginan dagingnya untuk merokok. Walaupun ia kini tidak lagi mempunyai pemikiran daging, karena sudah dibaharui, tetapi lidahnya dan syaraf-syaraf hidungnya (indra pengecap dan penciuman) masih belum sembuh dari akibat rokok, sehingga begitu mencium bau asap rokok, signal dikirim keotaknya, dimana memory tentang nikmatnya rokok disimpan, dan bangkitlah keinginan daging (kedua indra yang belum sembuh itu) untuk menikmati kembali rasa rokok dan asapnya, yang pernah sangat dinikmatinya dulu.
2.    Seorang mantan pemabuk yang kini sudah bertobat dan dibaharui, masih memiliki syaraf-syaraf indra pengecap dan penciuman yang belum sembuh, dan memory nikmatnya minuman keras yang dulu sangat disukai dan dinikmatinya itu, tersimpan diotaknya. Ketika melihat botol minuman yang disukainya, atau melihat orang minum, atau mencium baunya minuman keras, indra penglihatan dan penciuman membangkitkan memory yang tersimpan dan keinginan daging dari syaraf pengecap minta dipuaskan.
3.    Seorang yang telah bertobat dan dibaharui, yang dulunya suka sekali dengan makanan haram, udang goring misalnya, begitu melihat orang makan masakan udang di resto yang ia kunjungi, indra pengecap dan penglihatannya, bekerja sama membangkitkan memory akan nikmatnya makanan itu baginya dulu, dan ia dirangsang untuk memuaskan keinginan dagingnya.
4.    Seorang yang tadinya sebelum bertobat, sangat suka berdugem dan menggunakan narkoba (inex, sabu-sabu,dll), begitu mendengar musik hip hop yang berdentum riuh, memorynya dibangkitkan indra pendengaran, dan keinginan daging dibangkitkan untuk kembali memuaskan syaraf-syarafnya yang belum sembuh betul.
5.    Yang terakhir, seorang bertobat yang tadinya sangat suka browsing internet melihat pornographi dan menikmatinya, dan bahkan kemudian terlibat didalam pemuasan daging dan nafsu birahinya dengan wanita-wanita penghibur, akan dirangsang kembali keinginan dagingnya oleh memorinya ketika ia kembali browsing dan melihat pornography lagi.

Bersambung ke Part 3.

Selasa, 06 April 2010

HIDUP MENURUT ROH Part 1

Jadi, hidup menurut Roh itu hidup yang bagaimana?

Itu adalah hidup mengutamakan kehendak Allah diatas kehendak kita sendiri. Itu adalah hidup menjalankan keinginan Allah dan bukan keinginan kita sendiri. Itu adalah hidup menyangkal diri terus menerus. Itu adalah hidup dimana “Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” Filipi 2:13.

Apakah kita sudah dikuasai Roh Kudus sedemikian rupa sehingga kita kehilangan kebebasan kita dan menjadi robot? Tidak! Kita tetap memiliki kebebasan kita, kita tetap memiliki pilihan-pilihan kita tentang yang baik dan yang jahat dan pilihan untuk mengikuti yang mana. Tetapi sebagaimana dikatakan bahwa hidup menurut Roh adalah hidup menyangkal diri sendiri, maka sesungguhnya, keinginan kita sendiri masih ada, tetapi tidak kita turuti, sebab keinginan kita adalah keinginan daging semata.

Bukankah kita hidup menurut Roh adalah untuk menjalankan kehendak yang baik, yang setuju dengan hukum Allah, yang ada didalam kita tetapi yang tadinya tidak mampu kita wujudkan (Roma 7:18), dan hanya dapat diwujudkan oleh kuasa Roh Kudus dengan bersandar kepadaNya? Benar sekali!

Berarti bila kita sekarang mempunya kekuatan untuk melakukan yang kita sungguh kehendaki dan mampu mewujudkannya oleh kuasa Roh Kudus, maka apakah yang kita perlu sangkali lagi dalam hidup ini? Apakah itu penyangkalan diri yang perlu dilakukan terus menerus? Apa atau siapakah yang kita sangkali itu?

Bila kehendak kita itu tidak mungkin, sebab kehendak kita sekarang adalah hal yang baik yang selaras dengan hukum Allah, yang sekarang telah mampu kita wujudkan dengan bantuan kuasa Roh Kudus, apalagi kita sekarang telah mempunyai pemikiran Kristus, karena pemikiran daging telah dibuang, dijauhkan dari pada kita. Jadi bukan kehendak kita, juga bukan pemikiran kita, kalau begitu apa atau siapa? Tidak lain adalah keinginan daging kita!!

Apa itu keinginan daging? Dari mana keinginan daging ini berasal? Apakah itu suatu pemikiran yang terus menerus hidup dan bekerja didalam hati/otak / jiwa kita?

Alkitab mengatakan bahwa “pemikiran daging/Carnal mind” adalah perseteruan dengan Allah karena ia tidak takluk kepada hukum Allah, hal itu tidak mungkin baginya (Roma 8:7), maka apakah kita yang sudah dibaptis, yang hidup dengan iman, masih memiliki pemikiran ini?

Tidak lagi! Sebab saat kita dibaptis karena pertobatan yang sungguh-sungguh dan menyerahkan hidup kita untuk Kristus, maka Allah mengaruniakan kita “hati baru”, yaitu “pemikiran baru” yang adalah “pemikiran Kristus.” Dengan jalan demikianlah baru kita dapat dibenarkan oleh iman dan didamaikan denganNya sebab apa yang menjadi pangkal perseteruan telah dibuang, dicabut, dijauhkan atau dihancurkan, yaitu pemikiran daging/carnal mind kita tadi. Kita lahir baru, menjadi manusia baru, dengan  hati baru yaitu pemikiran baru, pemikiran Kristus, yaitu kesadaran atau conscience yang baru untuk hidup bagi Tuhan. Ini yang dinamakan lahir baru, tetapi hanya melibatkan spiritual kita, bukan jasmani kita (Yeremia 31:33; Yehez. 36:26, 27)

Apa yang masih lama pada kita adalah tubuh daging kita, yang akan dibaharui nanti pada saat kedatangan Yesus Kristus yang kedua (1 Kor. 15:50-55). Mengapa ini juga perlu dibaharui? Sebab, didalam daging ini juga ada “dosa”, yaitu kecenderungan-kecenderungan yang jahat, yang dapat memimpin kepada dosa (Roma 7:14-23).

Dalam ayat-ayat ini Paulus mengemukakan pergumulan dari dia yang sudah bertobat dan lahir baru, dengan pemikiran Kristus dan kehendakNya untuk dijalani, tetapi selalu kalah oleh suatu kuasa yang ada didalam anggota-anggota tubuhnya, yaitu dosa yang bersemayam didalam anggota-anggota tubuhnya, yaitu keinginan daging.

Bersambung ke Part 2

MANUSIA

Apa hakekat dari keadaan manusia pada umumnya?

Dikuasai dosa, tidak ada seorangpun yang benar dan baik, sebab semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah
(Roma 3:9, 10, 12, 23). Bahkan jabang bayipun sudah berdosa (Maz. 51:7)

Adakah yang manusia dapat lakukan dari dirinya sendiri untuk mengubah keadaan ini? Tidak ada! Yeremia 13:23. Roma 6:23, Roma 3:19, 20.

Manusia harus mati oleh karena 2(dua) hal:
1.    Dosa Adam (Roma 5:17-19)
2.    Dosanya sendiri (Yehez. 18:4)

Dengan demikian manusia dilahirkan untuk mati!

Dapatkah ia berbuat baik, menurut perintah Allah sehingga mendapat pembenaran untuk hidup? Yes. 64:6 – Kesalehan dan kebaikan kami bagai kain kotor dimata Allah. 
Roma 3:20; Gal. 2:16.
Kesimpulan, tidak bisa.

Apakah yang Allah lakukan untuk itu? 
Ia menebus kita melalui kematian AnakNya yang Tunggal, Yesus Kristus. Dengan demikian kini ada keselamatan bagi setiap manusia sebagai anugerah Allah. (Roma 3:21, 22; Ed. 2:8, 9; Yoh. 3:16)

Hasilnya adalah:
1.    Kebangkitan dari orang mati (Roma 5:18; 1 Kor. 15:21, 22)
2.    Pengampunan dosa (Edesus 1:7; 1 Yoh. 1:9)
3.    Perubahan tabiat (Roma 8:4; Yer. 31:33; Titus 2:11-13; 3:5)
4.    Masuk surga, melihat Allah dan hidup kekal selamanya (Wahyu 22:14l; Mat. 5:8; 1 Yoh. 5:11-13)

Bagaimana respon kita?
1.    Percaya dan menerima firmanNya (Yoh 3:16)
2.    Hidup menurut Roh (Gal. 5:16-18), menurut daging mati (Roma 8:13)
3.    Tetap berada didalam Kristus supaya tetap selamat  (Roma 8:1).

Ada yang mau nambahin?



D O S A Part 3

Akibat dari peristiwa ini menimbulkan beberapa pertanyaan dari kita:

1.    Mengapa Allah tidak bertindak menghambat atau mencegah perkembangan angan-angan hati dan keinginan Lucifer agar ia tidak jatuh dalam dosa dan pemberontakan?
2.    Mengapa Allah, setelah Lucifer berontak, tidak memusnahkannya beserta segenap para malaekat pengikutnya, dengan demikian mencegah perkembangan dosa dan kejahatan dialam semesta, ketimbang mengusir mereka kebumi dan membiarkan mereka hidup?
3.    Mengapa justru dibumi, setelah menjadi tempat buangan Lucifer yang kini namanya Iblis atau Setan dan para malaekat jahatnya, Allah menciptakan manusia Adam dan Hawa, sehingga mereka terbuka kepada dosa dan kejahatan dan penggodaan Iblis? Mengapa tidak membiarkan saja bumi ini sebagai pembuangan Iblis dan anak buahnya tanpa menciptakan kehidupan apapun juga lainnya dan mengisolasi mereka dibumi selamanya tanpa dapat pergi kemanapun juga?

Mari kita coba jawab pertanyaan ini, sebagai berikut:

1.    Menghambat perkembangan pemikiran, keinginan dan angan-angan hati Lucifer untuk mencegah dia jatuh dalam dosa dan pemberontakan, hanyalah berarti mencegah KEBEBSAN BERPIKIR DAN MEMILIH yang telah Allah ciptakan didalam dia dan semua malaikat lainnya. Ini akan menyebabkan para malaikat hidup dan bertindak seperti boneka saja atau mesin tanpa kemauan sendiri. Allah tidak menginginkan ini! Ia menginginkan mahluk ciptaanNya dapat menentukan sendiri jalan hidup dan keinginannya melalui kebebasan untuk berpikir dan memilih, sedemikian rupa sehingga mereka dapat melayani Dia dengan kasih dan penurutan yang datang dari kemauan mereka sendiri disebabkan oleh pengertian akan kasih dan kepribadianNya yang ditunjukkan kepada mereka.
2.    Bila Allah langsung memusnahkan Lucifer dan para pengikutnya usai pemberontakan, maka Ia telah bertindak terlalu dini. Para malaekat sorga belum begitu mengerti dan mengetahui apa kesalahan Lucifer dan para pengikutnya dan kemana arah dari tujuan pemberontakannya akan memimpin. Kejahatan dan dosa belum menampakkan wajah yang sesungguhnya, tabiat ini adalah sesuatu yang asing (alien) disorga, yang harus dinyatakan sepenuhnya, barulah Allah dapat mengambil tindakan. Dengan demikian para malaikat dapat mengetahui dan memahami bahwa pilihan mereka untuk hidup melayani Allah dan mematuhi hukum-hukumNya adalah terbaik bagi eksistensi mereka dan kebahagiaan mereka sepanjang masa kekekalan.

Dilain pihak, bila Allah langsung memusnahkan Lucifer dan pengikutnya usai pemberontakan, maka akan menimbulkan ketakutan diantara para malaikat lainnya. Mereka bisa saja memandang Allah sebagai Oknum Pemimpin yang kejam dan tirani, siapa bersalah langsung dihukum dan dilenyapkan. Lama-kelamaan, mereka akan menyembah dan berbakti kepada Tuhan dalam ketakutan dan keterpaksaan, bukan dalam kasih dan sukacita. Maka dengan demikian apa yang dituduhkan Lucifer akan menjadi kenyataan.

3.    Demikianlah Lucifer dan para malaekat jahat pengikutnya dibuang ke bumi dan dibiarkan hidup, agar mereka dapat menuntaskan apa yang telah mereka mulai, agar mereka dapat menjalankan sepenuhnya angan-angan hati mereka, sehingga dengan demikian, dosa dan kejahatan dapat diekspos semaksimal mungkin, seluas-luasnya, sampai kepada batas-batas yang dapat dicapai oleh kebebasan berpikir dan memilih. Dengan demikian kasih dan kekudusan dan kebenaran Allahpun akan dapat semakin dinyatakan, semakin kontras dan semakin nyata perbedaannya dengan tabiat yang dibangun didalam diri mereka. Dan pada akhirnya, para malaekat sorga dan segenap mahluk cerdas ciptaan Allah dialam semesta ini yang tidak jatuh kedalam dosa dan kejahatan dapat memahami dan diyakinkan bahwa pilihan mereka untuk hidup bagi Allah, berbakti dan menyembah Dia didalam kasih, penurutan dan sukacita, dalam kebebasan memilih yang terkendali, adalah pilihan hidup yang terbaik bagi kebahagiaan mereka sepanjang masa kekekalan.

Maka tidak ada yang lebih tepat guna dalam memberikan akses kepada Iblis dan para pengikutnya untuk menuntaskan apa yang telah mereka mulai, untuk mengembangkan tabiat mereka, kejahatan dan dosa, dengan menempatkan didepan hidung mereka sebagai obyek pencobaan mereka, sepasang mahluk ciptaan yang diciptakan didalam peta dan gambar Khalik Pencipta,  sama seperti mereka dulu, hanya dari debu tanah, yang menjadi daging dan darah.

Tetapi Allah tidak akan menempatkan manusia begitu saja terbuka terhadap kejahatan dan pencobaan Iblis tanpa memperlengkapi mereka dengan kemampuan dan pengetahuan untuk mengatasi pencobaan itu. Mereka diciptakan dengan kecerdasan, dalam keagungan dan kemuliaan Khalik Penciptanya, dengan kuasa berpikir dan memilih, dan dengan kasih yang tidak mementingkan diri. Disamping itu juga, Allah memberitahukan kepada Adam dan Hawa akan kehadiran Iblis dan malaekatnya, akan pemberontakan mereka dan akan kejahatan mereka dan kemungkinan pencobaan yang akan ditawarkan kepada mereka.
Tentu saja Allah harus memperlengkapi Adam dan Hawa dengan semua pengetahuan ini agar mereka dapat bersiap diri menghadapi penipuan Iblis, bila tidak, maka Ia tidak cukup fair dan adil, sebab membiarkan mahluk yang lebih lemah terbuka terhadap pencobaan dan kejahatan dari mahluk yang lebih superior tanpa pengetahuan akan eksistensi mereka sama sekali. Dengan demikian, ketika sijahat datang menghasut dan menipu mereka, maka mereka tidak akan terkejut, tidak siap dan menjadi sasaran yang mudah, tetapi justru kesiapan mereka ini, bila mereka jatuh juga, berarti itu adalah murni pilihan dari kebebasan berpikir dan memilih mereka sendiri.

Andaikata Allah mengkhususkan Setan dan anak buahnya untuk menetap dibumi dan mengisolasi mereka dari dunia berpenduduk lainnya dan tidak menciptakan manusia disini, maka ini berarti Tuhan melestarikan dosa dan kejahatan, disamping itu Setan tidak dapat mengembangkan kejahatannya.

Bersambung ke Part 4